Senin, 06/02/2012 18:48
KH MUNTAHA AL-HAFIDH
Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat
Kecintaan Allahuyarham Mbah Muntaha
sapaan akrab KH. Muntaha Al-Hafizh Kalibebeber Wonosobo terhadap Al-Qur’an tak
dapat diragukan lagi. Hampir seluruh usianya dihabiskan untuk menyebarkan dan
menghidupkan Al-Qur’an.
Selasa, 17/01/2012 13:20
Muhammad Fudoli, dari Pesantren ke Cerpen
Muhammad Fudoli (1942-2007) : Salah
seorang cerpenis terkemuka yang berasal dari kalangan santri. Lahir di Sumenep,
8 Juli 1942 dan meninggal di Surabaya pada 2007 dalam usia 65 tahun. Awalnya ia
menggunakan nama M. Fudhaly atau M. Fudoli Zaini, tetapi kemudian ia lebih
sering menggunakan nama ‘Muhammad Fudoli’ saja. Fudoli menerima pendidikan
keagamaan dari keluarganya yang merupakan keluarga pesantren. Seusai SMA ia
sempat mengecap bangku Universitas Gadjah Mada Yogjakarta, tapi kemudian lebih
memilih IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada 1968, ia melanjutkan studi di
Universitas Al Azhar, Kairo, atas beasiswa pemerintah Mesir.
Senin, 03/10/2011 11:26
Kata-kata Haji Mahbub
1 Oktober 1995, H Mahbub Djunaidi
menghembuskan nafas terakhir. Enam belas tahun Mahbub meninggalkan kita, batang
hidungnya tak akan pernah muncul kembali. Tapi kata-katanya masih hidup. Siapa
yang hendak belajar bahasa? Mahbub salah satu rujukannya.
BAGI saya H. Mahbub Djunaidi adalah jawaranya esais. Misal ada kategori lima orang esais terbaik dalam sejarah Indonesia, saya ngotot menominasikannya sebagai salah satu. Kalau definisi mutakhir teks mengatakan sia-sia membuat pembedaan antara gaya dengan isi tulisan, Mahbub adalah contoh sempurna.
BAGI saya H. Mahbub Djunaidi adalah jawaranya esais. Misal ada kategori lima orang esais terbaik dalam sejarah Indonesia, saya ngotot menominasikannya sebagai salah satu. Kalau definisi mutakhir teks mengatakan sia-sia membuat pembedaan antara gaya dengan isi tulisan, Mahbub adalah contoh sempurna.
Sabtu, 10/09/2011 07:14
KH SHOLEH DARAT
Pelopor Penerjemahan Al-Qur’an
Peran Kiai Soleh Darat dalam
menyebarkan Islam tak hanya semasa hidupnya maupun warisan pesantrennya. Sebab
murid-muridnya adalah para pendiri organisasi Islam, pengasuh pesantren dan
pendakwah agama yang terus menghasilkan kader-kader da’i berikutnya. Sampai
akhir zaman.
Wali ini yang hidup sezaman dengan dua waliyullah besar lainnya, Syekh Nawawi Al-Bantani dan Kiai Kholil Bangkalan, Madura ini disebut sebagai gurunya para ulama tanah Jawa.
Wali ini yang hidup sezaman dengan dua waliyullah besar lainnya, Syekh Nawawi Al-Bantani dan Kiai Kholil Bangkalan, Madura ini disebut sebagai gurunya para ulama tanah Jawa.
Jumat, 25/02/2011 15:24
KHA WAHID HASYIM
KH. Abdul Wahid Hasyim adalah
putra kelima dari pasangan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai
Ilyas. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara ini lahir pada hari Jumat legi,
Rabiul Awwal 1333 H, bertepatan dengan 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya sedang
ramai dengan pengajian.
Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan langsung KH. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari jalur ayah ini bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Demak. Sedangkan dari pihak ibu, silsilah itu betemu pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan MAtaram. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng.
Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan langsung KH. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari jalur ayah ini bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Demak. Sedangkan dari pihak ibu, silsilah itu betemu pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan MAtaram. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng.
Kamis, 18/11/2010 16:05
SKESTA-SKETSA BUDAIRY
SATU PAGI di
pengujung April 2009. Said Budairy menerima tiga anakmuda di kediamannya, Jalan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dia mengenakan baju koko tipis putih dan
bersarung. Kopiah putih menutupi rambutnya yang menipis dan beruban. Tiga
anakmuda ini generasi baru dari apa yang sudah ditapaki Budary lebih dari
setengah abad silam. Satu anakmuda itu bernama Caswiyono Rusydie, satunya Fahsin
M. Fa’al. Keduanya aktivis Ikatan Pelajar Putra Nahdlatul Ulama. Mereka datang
guna mencari riwayat Kiai Tolchah Mansoer, salah seorang pendiri organisasi
pelajar itu.
Ruang tamu kecil. Diisi satu set sofa buat lima orang. Warna kain sofa, biru muda, sudah terlihat kusam. Ada sobekan sepanjang jari kelingking di bagian sofa. Rumah Budairy tanpa halaman. Garasi cukup untuk satu mobil.
Ruang tamu kecil. Diisi satu set sofa buat lima orang. Warna kain sofa, biru muda, sudah terlihat kusam. Ada sobekan sepanjang jari kelingking di bagian sofa. Rumah Budairy tanpa halaman. Garasi cukup untuk satu mobil.
Rabu, 29/09/2010 18:48
ABU KEUMALA
Secara umum masyarakat di Aceh
lebih mengenal Teungku Haji Syihabuddin Syah dengan nama Abu Keumala, nama
tersebut merupakan nama panggilan beliau sewaktu mengaji di Labuhan Haji. Selain
sebagai ulama, Abu Keumala juga di kenal sebagai orator ulung di masanya.
Keunikan pidato Abu Keumala adalah apa saja yang dilihat atau yang sedang
terjadi, bisa beliau ciptakan sebagai perbandingan dalam berpidato, terutama
yang menyangkut tentang masalah ketauhidan.
Abu Keumala merupakan pencerah di bidang Tauhid Sehingga beliau juga di gelar sebagai Ulama Tauhid. Disamping mengadakan pengajian dan ceramah, Abu Keumala juga aktif menulis, di antara buku karangan beliau yang terkenal adalah Risalah Makrifah.
Asal usul Seuneuddon merupakan salah satu kecamatan di pesisir Aceh Utara, daerah ini telah banyak melahirkan ulama–ulama besar, tapi kebanyakan ulama tersebut tidak bermukim di Seuneuddon. Di antara ulama besar yang tidak bermukim di Seuneuddon tersebut adalah: Teungku Muhammad (Abu Seuriget) Pimpinan Dayah Darul Mu'arif Langsa, Teungku Muhammad Amin pendiri dayah Malikussaleh Panton Labu (mulai tahun 1965–1975), Teungku Ibrahim Bardan (Abu Panton
Abu Keumala merupakan pencerah di bidang Tauhid Sehingga beliau juga di gelar sebagai Ulama Tauhid. Disamping mengadakan pengajian dan ceramah, Abu Keumala juga aktif menulis, di antara buku karangan beliau yang terkenal adalah Risalah Makrifah.
Asal usul Seuneuddon merupakan salah satu kecamatan di pesisir Aceh Utara, daerah ini telah banyak melahirkan ulama–ulama besar, tapi kebanyakan ulama tersebut tidak bermukim di Seuneuddon. Di antara ulama besar yang tidak bermukim di Seuneuddon tersebut adalah: Teungku Muhammad (Abu Seuriget) Pimpinan Dayah Darul Mu'arif Langsa, Teungku Muhammad Amin pendiri dayah Malikussaleh Panton Labu (mulai tahun 1965–1975), Teungku Ibrahim Bardan (Abu Panton
Senin, 14/06/2010 14:34
KH BISYRI MUSTHOFA
Sebuah berita interlokal dari Drs.
M. Zamroni di Semarang, mengabarkan bahwa KH Bisyri Musthofa wafat di Rumah
Sakit Umum Daerah Semarang. Serangan jantung dan tekanan darah tinggi ditambah
gangguan pada paru-paru yang menyebabkan proses kematiannya begitu cepat, hanya
tiga hari saja. Musibah itu terjadi dua minngu setelah meninggalnya KH Muhammad
Dahlan, mantan Menteri Agama. Keduanya adalah ulama besar, keduanya
tenaga-tenaga penting dalam perjuangan. Kepergiannya adalah suatu kehilangan
amat besar. Yang patah memang bisa tumbuh, yang hilang dapat terganti. Tetapi,
penggati itu bukan lagi Bisyri Musthofa…..!
Seminggu sebelumnya, di Jakarta, Bisri menyelesaikan kebarangkatan puteranya ke Arab Saudi, melanjutkan sekolah ke Riyadh. Menyelesaikan pula beberapa urusan dengan Majelis Syuro Partai Persatuan. Pulang dari Jakarta terus ke Jombang untuk suatu urusan dengan Rois ‘Aam KH Bisyri Syansuri. Sebenarnya telah terasa juga bahwa kesehatannya mulai terganggu, namun dipaksakan juga untuk mengajar para santri dalam pondok pesantren yang dipimpinnya di Rembang.
Seminggu sebelumnya, di Jakarta, Bisri menyelesaikan kebarangkatan puteranya ke Arab Saudi, melanjutkan sekolah ke Riyadh. Menyelesaikan pula beberapa urusan dengan Majelis Syuro Partai Persatuan. Pulang dari Jakarta terus ke Jombang untuk suatu urusan dengan Rois ‘Aam KH Bisyri Syansuri. Sebenarnya telah terasa juga bahwa kesehatannya mulai terganggu, namun dipaksakan juga untuk mengajar para santri dalam pondok pesantren yang dipimpinnya di Rembang.
Jumat, 30/04/2010 15:57
SYEIKH ABDUL MUNAF BAKRIN
Sumatera Barat Ranah Minang yang
terkenal dengan Adat bersandi Syarak, Syarak bersandi Kitabullah yang dipimpin
oleh Tigo Tungku Sajarangan, Ulama, Penghulu dan Cadik Pandai. Para ulama di
ranah Minang, sebagai panutan umat biasanya mempunyai keahlian dalam ilmu
Syariat, ilmu Thariqat dan seringkali pula melengkapi diri dengan ilmu Pencak
Silat. Kisah yang akan kita ikuti kali ini adalah salah satu contoh peran ulama
di ranah Minang, dalam membina umat di tengah berbagai goncangan
zaman.
Di daerah Pesisir Selatan yang dulu dikenal Banda Sapuluh kemudian Pesisir Selatan dan Kerinci, bermukim seorang ulama panutan umat yang dikenal seluruh lapisan masyarakat yakni Syeikh Abdul Munaf Bakrin yang terkenal dengan panggilan Tuanku lebih populer lagi dengan Buya Lubuk, yang mulanya mengajar ilmu syariat berbentuk halaqah di surau.
Di daerah Pesisir Selatan yang dulu dikenal Banda Sapuluh kemudian Pesisir Selatan dan Kerinci, bermukim seorang ulama panutan umat yang dikenal seluruh lapisan masyarakat yakni Syeikh Abdul Munaf Bakrin yang terkenal dengan panggilan Tuanku lebih populer lagi dengan Buya Lubuk, yang mulanya mengajar ilmu syariat berbentuk halaqah di surau.
Selasa, 16/03/2010 14:18
ABON SAMALANGA
Tgk Abdul Aziz Bin M Shaleh,
merupakan tokoh yang cukup berpengaruh bagi masyarakat Aceh. Salah satu perannya
adalah, Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra)
Samalanga, kabupaten Bireun, sehingga mencapai kemajuan yang amat
pesat.
Kemajuan kini diteruskan oleh pengurus sesudah dayah beliau. Pimpinan MUDI Mesra yang baru mengembangkan pendidikan dayah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tanpa meninggalkan pola pendidikan dayah yang kini memiliki santri sekitar 3.000-an.
Kemajuan kini diteruskan oleh pengurus sesudah dayah beliau. Pimpinan MUDI Mesra yang baru mengembangkan pendidikan dayah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tanpa meninggalkan pola pendidikan dayah yang kini memiliki santri sekitar 3.000-an.
Kamis, 28/01/2010 14:55
KH ISHOMUDDIN HADZIK
Muhammad Ishomuddin Hadzik atau
yang biasa di panggil Gus Ishom merupakan cucu Hadratus Syaikh KH. Hasyim
Asy’ari dari pasangan Chodidjah Hasyim–Muhammad Hadzik Mahbub. Lahir di Kediri,
18 Juli 1965 M dan selanjutnya sejak kecil akrab dipanggil Gus Ishom.
Sejak kecil, Ishom telah diperkenalkan kepada kehidupan pesantren yang sarat dengan pendidikan agama. Pada usia yang tergolong anak-anak, Ishom telah menunjukkan ketertarikan kepada ilmu-ilmu agama. Pada usia 7 tahun, setiap bulan Ramadhan, Ishom kecil selalu melakukan tarawih dimasjid Pondok Pesantren Tebuireng dan selalu berada dibelakang imam.
Di luar bulan Ramadhan, Ishom kecil juga shalat maghrib berjamaah dimasjid Pondok Pesa
Sejak kecil, Ishom telah diperkenalkan kepada kehidupan pesantren yang sarat dengan pendidikan agama. Pada usia yang tergolong anak-anak, Ishom telah menunjukkan ketertarikan kepada ilmu-ilmu agama. Pada usia 7 tahun, setiap bulan Ramadhan, Ishom kecil selalu melakukan tarawih dimasjid Pondok Pesantren Tebuireng dan selalu berada dibelakang imam.
Di luar bulan Ramadhan, Ishom kecil juga shalat maghrib berjamaah dimasjid Pondok Pesa
Sabtu, 12/12/2009 22:30
KH RADEN ASNAWI
Kudus adalah daerah yang terkenal
dengan nama kota Kretek dan kota Santri dalam wilayah propinsi Jawa Tengah. Kota
ini dibangun oleh Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) dengan rentetan
historisitas yang berpusat pada kerajaan Islam pertama di Jawa (Demak). Hal ini
ditengarai dari inskripsi batu nisan yang ada di atas mihrab Masjid al-Aqsha
Menara Kudus.
Di belakang Masjid al-Aqsa Menara Kudus inilah, di Komplek Makam Sunan Kudus, hampir selalu ada saja yang mengaji. Baik yang dengan tujuan untuk berziarah, maupun santri yang niat tabarrukan agar diberi kemudahan dalam berbagai urusan. Di antara deretan nisan di komplek makam tersebut, terdapat makam KH Raden Asnawi. Salah seorang ulama keturunan ke-14 Sunan Kudus (Raden Ja’far Shodiq) dan keturunan ke-5 KH Mutamakkin Kajen, Margoyoso, Pati.
Kelahiran Pada hari Jum’at Pon, kisaran tahun 1861 M (1281 H) di daerah Damaran lahir seorang bayi yang diberi nama Raden Ahmad Syamsyi. Putra dari pasangan H. Abd
Di belakang Masjid al-Aqsa Menara Kudus inilah, di Komplek Makam Sunan Kudus, hampir selalu ada saja yang mengaji. Baik yang dengan tujuan untuk berziarah, maupun santri yang niat tabarrukan agar diberi kemudahan dalam berbagai urusan. Di antara deretan nisan di komplek makam tersebut, terdapat makam KH Raden Asnawi. Salah seorang ulama keturunan ke-14 Sunan Kudus (Raden Ja’far Shodiq) dan keturunan ke-5 KH Mutamakkin Kajen, Margoyoso, Pati.
Kelahiran Pada hari Jum’at Pon, kisaran tahun 1861 M (1281 H) di daerah Damaran lahir seorang bayi yang diberi nama Raden Ahmad Syamsyi. Putra dari pasangan H. Abd
Senin, 26/10/2009 03:03
SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI
Muhammad Yusuf lahir di Gowa
Sulawesi Selatan pada 13 Juli 1627. Ayahnya bernama Abdullah, sementara ibunya
adalah seorang wanita keluarga Kerajaan Gowa Sultan Ala’uddin yang bernama
Aminah. Nama Muhammad Yusuf diberikan oleh Sultan Ala’uddin
sendiri.
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan Islam yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Gowa dan beberapa kabupaten di sekitarnya termasuk Kotamadya Makassar.
Muhammad Yusuf dididik menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya sejak d
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan Islam yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Gowa dan beberapa kabupaten di sekitarnya termasuk Kotamadya Makassar.
Muhammad Yusuf dididik menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya sejak d
Kamis, 17/09/2009 17:03
AGH. MUHAMMAD AS'AD (1906 - 1952)
Anre Gurutta (AG) H. M. As’ad.
(Dalam masyarakat Bugis dahulu beliau digelar Anre Gurutta Puang Aji Sade’).
Beliau merupakan Mahaguru dari Gurutta Ambo Dalle (1900 - 1996), adalah putra
Bugis, yang lahir di Mekkah pada hari Senin 12 Rabi’ul Akhir 1326 H/1907 M dari
pasangan Syekh H. Abd. Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah
al-Mukarramah, dengan Hj. St. Saleha binti H. Abd. Rahman yang bergelar Guru
Terru al-Bugisiy.
Pada akhir tahun 1347 H/1928 M, dalam usia sekitar 21 tahun. AG H. M. As’ad merasa terpanggil untuk pulang ke tanah leluhur, tanah Bugis, guna menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk tanah Wajo khususnya, dan Sulawesi pada umumnya.
Pada akhir tahun 1347 H/1928 M, dalam usia sekitar 21 tahun. AG H. M. As’ad merasa terpanggil untuk pulang ke tanah leluhur, tanah Bugis, guna menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk tanah Wajo khususnya, dan Sulawesi pada umumnya.
Jumat, 14/08/2009 15:15
KH ZAINUL ARIFIN
Putera Melayu-Batak yang
berkepribadian tegas tetapi sekaligus luwes dan supel dalam bergaul ini
meninggal pada tanggal 2 Maret 1963. Ia gugur setelah dirawat akibat tembakan
yang menembus dadanya ketika sedang Shalat Idul Adha bersama Presiden Soekarno
di lapangan terbuka depan Istana Negara, 14 Mei 1962 M. Tahun ini, tepatnya 2
September 2009, merupakan peringatan hari lahir ke-100 Pahlawan Kemerdekaan
Nasional Indonesia, Kiai Haji Zainul Arifin.
Selasa, 28/07/2009 10:09
KH ABDUL WAHID HASYIM
KH. Abdul Wahid Hasyim lahir pada
tanggal 1 juni 1914 di Tebuireng Jombang. Membidani terbitnya majalah bulanan
bernama “Suluh Nahdlatul Ulama” yang diasuh dan dikemudikan dari tengah-tengah
Pesantren Tebuireng. Majalah ini menjadi mimbar dan sekaligus menara Nahdlatul
Ulama (NU). Melalui penerbitan majalah inilah, KH. Abdul Wahid Hasyim mengakui
rasa simpatinya pada karya-karya KH Saifuddin Zuhri yang tersebar di berbagai
media NU seperti “Berita NU” di Surabaya, Majalah bulanan “Suara Ansor NU” di
Surabaya, Majalah bulanan “Trompet Pemuda” terbitan Ansor NU Cabang Kudus,
Majalah bulanan berbahasa Jawa “Panggugah” diterbitkan Konsulat NU Banyumas dan
Mingguan “Pesat” yang berisi berita-berita politik populer di
Semarang.
Dari sinilah KH A. Wahid Hasyim kemudian meminta KH Syaifuddin Zuhri untuk menulis dalam “Suluh NU” yang diasuhnya. Selama hampir 3 kemudian KH Syaifuddin Zuhri secara tetap, membantu menulis dalam “Suluh NU” hingga dilarang terbit oleh pemerintahan militer Jepang pada tahun 1942 M.
Dari sinilah KH A. Wahid Hasyim kemudian meminta KH Syaifuddin Zuhri untuk menulis dalam “Suluh NU” yang diasuhnya. Selama hampir 3 kemudian KH Syaifuddin Zuhri secara tetap, membantu menulis dalam “Suluh NU” hingga dilarang terbit oleh pemerintahan militer Jepang pada tahun 1942 M.
Rabu, 10/06/2009 14:06
KH NUR AHMAD
Meski hampir setiap menjelang
pelaksanaan puasa Ramadlan, Idul Fitri, dan Idul Adha umat Islam ribut dalam
menentukan tanggalnya, namun rupanya tidaklah banyak ulama yang berkhidmah
terhadap ilmu falak, ilmu tentang ilmu penanggalan. Dan di antara ulama khos
yang sedikit ini adalah KH Nur Ahmad dari Jepara. Pada era KH Abdurrahman Wahid
memimpin Nahdlatul Ulama, KH Nur Ahmad adalah perwakilan dari propinsi Jawa
Tengah untuk Lajnah Falakiyah PBNU.
Terlahir di Robayan, Jepara pada tahun 1930 Nur Ahmad memulai pendidikannya di kampung halamannya sendiri, sebelum ia kemudian bersekolah ke Madrasah Taswiquth Thullab (TBS) Kudus. Selama belajar di TBS memang belum nampak keahliannya sebagai santri yang hebat. Namun selama belajar di TBS inilah Nur Ahmad mulai berkenalan dengan pelajaran falak dan berguru secara pribadi (sorogan) kepada KH Turaichan Kudus dengan memakai rubu’ (alat ukur berbentuk seperempat lingkaran) dan metode logaritma. Nur Ahmad belajar privat (sorogan) falak karena ia menyukai matematika.
Terlahir di Robayan, Jepara pada tahun 1930 Nur Ahmad memulai pendidikannya di kampung halamannya sendiri, sebelum ia kemudian bersekolah ke Madrasah Taswiquth Thullab (TBS) Kudus. Selama belajar di TBS memang belum nampak keahliannya sebagai santri yang hebat. Namun selama belajar di TBS inilah Nur Ahmad mulai berkenalan dengan pelajaran falak dan berguru secara pribadi (sorogan) kepada KH Turaichan Kudus dengan memakai rubu’ (alat ukur berbentuk seperempat lingkaran) dan metode logaritma. Nur Ahmad belajar privat (sorogan) falak karena ia menyukai matematika.
Sabtu, 02/05/2009 22:13
ANREGURUTTA DAUD ISMAIL (1907-2006)
Suku Bugis yang berdiam di
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah, namun
demikian suku ini juga menyebar ke berbagai daerah di Nusantara. Dalam tradisi
masyarakat Bugis, gelar Anregurutta dapat diibaratkan sebagai professor di dunia
kademik. . Jika orang luar Sulawesi Selatan mendengar seseorang warga yang
menyebutkan Anregurutta kepada seorang tokoh, tentu sang tokoh tersebut
termasuk kategori ulama yang disegani. Anregurutta menempati status sosialnya
yang tinggi dan kedudukan terhormat di mata masyarakat Bugis.
Pemberian gelar Anregurutta bukanlah pemberian gelar akedemik, melainkan pengakuan yang timbul dari masyarakat, atas ketinggian ilmu, pengabdian dan jasanya dalam dakwah keislaman. Tidak semua yang mengajar agama dipanggil sebagai Anregurutta, tergantung dari tingkat keilmuannya. Selain itu, masyarakat Bugis juga meyakini adanya kelebihan Anregurutta berupa karomah, dalam bahasa Bugis disebut makarama.
Pemberian gelar Anregurutta bukanlah pemberian gelar akedemik, melainkan pengakuan yang timbul dari masyarakat, atas ketinggian ilmu, pengabdian dan jasanya dalam dakwah keislaman. Tidak semua yang mengajar agama dipanggil sebagai Anregurutta, tergantung dari tingkat keilmuannya. Selain itu, masyarakat Bugis juga meyakini adanya kelebihan Anregurutta berupa karomah, dalam bahasa Bugis disebut makarama.
Rabu, 01/04/2009 16:15
KH SALEH LATENG BANYUWANGI
Banyuwangi sebagai salah satu
basis masyarakat santri di Tapal Kuda (pesisir timur pulau Jawa) menyimpan
berbagai kisah heroik yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Dan
sebagai daerah yang cukup jauh dari pusat kekuasaan, Banyuwangi menyimpan
kharismanya sendiri. Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan
kesaktian para kyainya. Salah satu di antara kyai-kyai sakti tersebut adalah KH
Saleh Lateng, salah seorang pendekar sakti keturunan raja-raja Palembang
Sumatera.
Sejarah Keluarga
Pada kisaran perempat perteama abad ke-19, Kerajaan Palembang Darussalam telah kehilangan kendali atas wilayahnya sendiri. Sultan Najamuddin dibuang oleh Belanda ke Banda Aceh dan pemerintahan palembang dikendalikan oleh seorang Residen Belanda. Banyak para bangsawan menyingkir keluar daerah, salah satunya adalah Kiagus Abdurrakhman, kakek Kyai Saleh Lateng. Kiagus Abdurrakhman ini kemudian menetap di Sumenep dan menikah dengan seorang perempuan setempat bernama Najihah. Pernikahan ini dikaruniai tiga orang anak. Namun hanya seorang yang kemudian meneruskan silsilah keturuanan, yakni Kiagus Abdul Hadi –ayahanda Kyai Saleh, yang kemudian pindah dan menetap di Banyuwangi.
Sejarah Keluarga
Pada kisaran perempat perteama abad ke-19, Kerajaan Palembang Darussalam telah kehilangan kendali atas wilayahnya sendiri. Sultan Najamuddin dibuang oleh Belanda ke Banda Aceh dan pemerintahan palembang dikendalikan oleh seorang Residen Belanda. Banyak para bangsawan menyingkir keluar daerah, salah satunya adalah Kiagus Abdurrakhman, kakek Kyai Saleh Lateng. Kiagus Abdurrakhman ini kemudian menetap di Sumenep dan menikah dengan seorang perempuan setempat bernama Najihah. Pernikahan ini dikaruniai tiga orang anak. Namun hanya seorang yang kemudian meneruskan silsilah keturuanan, yakni Kiagus Abdul Hadi –ayahanda Kyai Saleh, yang kemudian pindah dan menetap di Banyuwangi.
Selasa, 03/03/2009 19:15
AGH. ABDURRAHMAN AMBO DALLE
Gurutta Ambo Dalle dilahirkan dari
keluarga bangsawan yang masih kental, sekitar tahun 1900 M, di Desa Ujung
Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, sekitar 7 km sebelah utara Sengkang.
Ayahnya bernama Andi Ngati Daeng Patobo dan ibunya bernama Andi Candara
Dewi.
Kedua orang tua beliau memberi nama Ambo Dalle yang berarti bapak yang memiliki banyak rezeki. Diharapkan anak itu kelak hidup dengan limpahan rezeki yang cukup. Adapun nama Abd. Rahman diberikan oleh seorang ulama bernama K.H. Muhammad Ishak, pada saat usia beliau 7 tahun dan sudah dapat menghapal Al Qur’an.
Kedua orang tua beliau memberi nama Ambo Dalle yang berarti bapak yang memiliki banyak rezeki. Diharapkan anak itu kelak hidup dengan limpahan rezeki yang cukup. Adapun nama Abd. Rahman diberikan oleh seorang ulama bernama K.H. Muhammad Ishak, pada saat usia beliau 7 tahun dan sudah dapat menghapal Al Qur’an.