Berikut ini beberapa gambaran tentang bentuk Implementasi Inovasi Pendidikan di SMK Telekomunikasi Darul Ulum Jombang.
1. Visi dan Misi Pendidikan Islam
Sebelum berbicara misi dan visi pendidikan, kita jelaskan konsep tentang misi dan visi serta keterkaitannya core beliefs (membangkitkan semangat tinggi terhadap usaha perwujudan visi) dan core values (memberikan makna terhdap suatu proses sebagai pengabdian kepada Tuhan). Pengertian misi adalah jalan pilihan (the chosen track) suatu organisasi untuk menyediakan produk/jasa bagi coustomernya. Perumusan misi merupakan suatu usaha untuk menysusn peta perjalanan mewujudkan visi. Sedangkan visi merupakan suatu pikiran yang malampaui realitas sekarang, sesuatu keadaan yang kita wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Visi pendidikan merupakan suatu pandangan atau keyakinan bersama seluruh komponen pendidikan (sekolah) akan keadaan masa depan yang diinginkan. Visi pendidikan harus dinyatakan dalam bentuk kalimat yang jelas, positif, realistis, menantang mengandung partisipasi dan menunjukkan gambaran masa depan (Zamroni, 2003: 35-36). Sedangkan misi erat kaitannya dengan visi, apabila visi menyatakan tentang global masa depan, maka misi merupakan pernyataan formal tentang tujuan utama yang akan direalisasi.
Untuk keberhasilan suatu tugas pendidik, kita harus menciptakan visi masa depan yang jelas dan memacu. Visi semacam ini membantu pikiran bawah sadar (pusat timbul emosional dalam otak) untuk mencapai tujuan yang telah anda tetapkan (Colin Rose, 1999: 39). Dengan keberadaan visi dalam lembaga pendidikan sebagai inspirasi dan mendorong warga sekolah untuk bekerja lebih giat untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Sehingga makna dalam melaksanakan tugas belajar lebih terarah dan terfokus, karena ada rambu-rambu yang harus dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Yang tidak kalah pentingnya dalam misi dan visi pendidikan adalah rencana aksi (serangkaian langkah yang perlu anda ambil dalam mencapai sasaran yang spesifik dan tertulis).
Dengan demikian, adanya misi dan visi pendidikan berarti mempunyai tujuan pendidikan, dan jika mempunyai tujuan pendidikan, lembaga pendidikan akan menciptakan keteguhan dan kemauan dalam mendidik. Jadi kalau misi merupakan ide-ide, cita-cita dan gambaran di masa depan yang tidak terlalu jauh, maka misi merupakan upaya untuk konkritisi visi dalam wujud tujuan dasar yang akan diwujudkan.
Pada saat sekarang ini, tuntutan perumusan visi baru pendidikan menjadi keharusan, karena pendidikan Islam perlu menyusun visi baru baik di tingkat makro maupun mikro. Misal rumusan visi pendidikan Islam di tingkat makro yakni bagaimana pendidikan dapat menunjang transformasi menuju masyarakat madani yang ditandai oleh suatu sistem kehidupan baru sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada era reformasi ini yang memiliki identitas berdasarkan nilai-nilai Islami dan budaya Indonesia. Sedangkan visi pendidikan Islam pada tingkat mikro misal: bagaimana pendidikan Islam menghasilkan individu religius yang memiliki integritas pribadi merdeka, demokrasi, toleransi kemanusiaan yang tinggi serta memiliki orientasi global.
Dalam upaya menyusun visi pendidikan Islam, Teuku Amirudin, mengusulkan perlu mempertimbangkan lima visi dasar pendidikan manusia abad 21, sebagaimana diajukan oleh UNESCO (United Nation Education Scentific, and Cultural Organization) yakni: Belajar bagaimana berpikir (Learning to think), belajar bagaimana bekerja (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar untuk mencari hidup (learning how to learn), dan belajar untuk bersama (learning how to live together).
Dalam usaha mewujudkan misi dan visi pendidikan harus dilandasi dengan core beliefe, core values, serta dilaksanakan dengan “kebijakan” dan “strategi” yaitu: menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada.
Dalam hal ini, yang dimiliki SMK Telekomunikasi Darul Ulum adalah SMK Telekomunikasi Darul Ulum membuka program keahlian Telekomunikasi Informatika yang dibagi menjadi 2 (dua) bidang minat yaitu: Bidang Minat Multimedia dan Bidang Minat Rekayasa Perangkat Lunak.
a. Bidang Minat Multimedia
Tujuan Umum Program Keahlian Multimedia secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Tujuan Khusus, Program Keahlian Multimedia adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten, yaitu: 1) Mengoperasikan software dan periferal digital illustration, digital imaging, dan web design; 2) Mengoperasikan software dan periferal multimedia, presentation, 2D animation, dan 3D animation; 3) Mengoperasikan software dan periferal digital audio, digital video, dan visual effects.
b. Bidang Minat Rekayasa Perangkat Lunak
Tujuan Umum Program Keahlian Multimedia secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Tujuan Khusus Program Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak yaitu: 1) Menginstalasi software aplikasi spesifik; 2) Mengoperasikan software aplikasi spesifik; 3) Merawat software aplikasi spesifik; 4) Membangun software aplikasi spesifik; 5) Mengelola usaha di bidang pembuatan software aplikasi.
2. Strategi Pendidikan Islam
Kata strategi pendidikan Islam bermakna sejumlah prinsip-prinsip dan pikiran yang mengarahkan sistem-sistem pendidikan di dalam dunia Islam. Memperhatikan bahwa kata terakhir Islam, bisa dipahami bahwa semua aktifitas pendidikan yang dilaksanakan memiliki ciri-ciri khas yang tergambar dalam aqidah Islamiyah. Oleh karena itu, patutlah strategi pendidikan itu mempunyai corak Islam. Strategi yang diusulkan di sini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: tujuan, dasar dan prioritas dalam tindakan.
Pertama, tujuan. Rumusan pendidikan Islam haruslah memperhatikan tentang awal kedatangan Islam yang tidak lain adalah memiliki misi untuk memperbaiki keadaan manusia dan untuk mencapai kesempurnaan agama. Sebagaimana firman Allah dalam (QS.5: 4) dan (QS.3: 110). Oleh karena itu, berdasar firman-Nya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam adalah pembentukan insan saleh dan beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat yang saleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.
Kedua, dasar-dasar pokok. Meliputi, keutuhan (syumuliah) yang bermakna pendidikan Islam haruslah utuh memperhatikan segala aspek manusia; badan, jiwa, akal dan ruhnya. Keterpaduan, mengandung pengertian bahwa pendidikan Islam haruslah memadukan dan berinteraksi dengan perkembangan zaman dan Kesinambungan, sistem pendidikan Islam itu perlu memberi peluang belajar pada tiap tingkatan umur, tingkatan persekolahan dan setiap suasana. Serta berdasar pada prinsip keaslian, yaitu pendidikan Islam haruslah mengacu pada pondasi dan sumber agama yakni Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Ketiga, Prioritas dalam tindakan. Berdasarkan dari tujuan dan dasar pendidikan Islam tersebut, maka prioritas utama yang segara dilaksanakan adalah sebagai berikut: (a). berusaha memberi kesempatan sekolah pada semua anak usia belajar dan membekalinya dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan, (b). mengukuhkan pendidikan agama dan akhlak dalam seluruh tahap belajar siswa, (c). mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak guna menunjang dan menyempurnakan tujuan pendidikan Islam.
Dalam hal ini, strategi pendidikan Islam yang dilakukan SMK Telekomunikasi Darul Ulum adalah:
a. Meningkatkan mutu pendidikan berbasis pesantren/keagamaan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi.
b. Menyelenggarakan pendidikan kejuruan terpadu dengan pendidikan pondok pesantren dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang profesional, kompeten, mandiri, dan berkepribadian Islami.
c. Melaksankan pendidikan dan pelatihan dengan mengacu pada standar kompetensi nasional dan kurikulum berbasis kompetensi.
d. Meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri untuk menjamin adanya link and match dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
e. Meningkatkan daya serap lulusan di dunia usaha dan dunia industri, khusunya telekomunikasi.
3. Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi pendidikan diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan yang mengarahkan perkembangnya seseorang, kususnya pada proses belajar mengajar atas dasar tersebut, metodologi pendidikan harus didasarkan dan disesuaikan dengan (a) pandangan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi pembawaan tertentu dengan secara aktif di lingkungan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa proses belajar mengajar harus didasarkan pada prinsip siswa aktif (student active learning) atau mengembangkan kemampuan belajar (learning ability) atau dengan kata lain, mengembangkan proses belajar (learning) bukan pada proses mengajar (teaching). (b) Metodologi pembelajaran, didasarkan pada karakteristik masyarkat madani (masyarakat yang bebas dari ketakutan bebas berekspresi dan bebas untuk menentukan arah kehidupannya). (c) Metodologi pembelajaran didasarkan pada kompetensi (learning competency). Pembelajaran Kompetensi adalah peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, keahlian berkaya, sikap dan perilaku berkarya, dan cara-cara berkehidupan di masyarakat sesuai dengan profesinya. Metodologi ini meliputi (a) learning skill yakni keterampilan mengembangkan dan mengelola pengetahuan dan pengalaman belajar sepanjang hayat; (b). Thinking Skill yakni keterampilan berpikir kritis, kreatif, inovatif untuk menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah, serta (c) Living Skill yakni keterampilan hidup yang mencakup kemampuan emosi dan sosial yang bermuara pada daya juang, tanggung jawab, dan kepekaan sosial yang tinggi.
Mastuhu, mengusulkan konsep pemikiran metodologi pendidikan Islam yang sifatnya lebih teknis sebagai berikut:
a. Bagi studi pendidikan tidak ada pemisahan istilah “pendidikan pengajaran”;
b. Menggunakan paradigma holistic (memandang kehidupan sebagai suatu kesatuan, sesuatu yang kongkrit dan dekat dengan kepentingan hidup sehari-hari sampai pada hal-hal yang abstrak);
c. Perlu dipergunakan model penjelasan yang rasional, di samping pelatihan dan keharusan melaksanakan ketentuan-letentuan doktrin spiritual dan norma peribadatan;
d. Menggunakan teknik pembelajaran partisipatori (peserta didik aktif melakukan eksplorasi, menemukan masalah, dan bertanggung jawab atas pemecahan masalah dengan ikut serta merasakan dan mengamalkan);
e. Perlu pendekatan empirik untuk melengkapi model deduktif;
f. Perlu adanya interaksi aktif dan partisipasi antar siswa dengan materi atau dengan situasi akademik tertentu.
Sedangkan menurut Mulkhan menawarkan metode pembelajaran dapat dilakukan di lapangan dalam suatu bentuk garden learning, juga mengembangkan pembelajaran di dalam sebuah ruangan yang lebih luas disebut dengan learning society. Mengembangkan metode pendidikan dengan pendekatan belajar “Natural learning”. Maksudnya peserta didik diajak belajar secara tematik, berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat lingkungan peserta didik, missal tentang keberhasilan peserta didik.
Jadi metodologi pendidikan yang dipergunakan dalam proses pendidikan Islam adalah pembelajaran (Student learning) dengan menggunakan paradigma holistic, rasional, partisipatori, pendekatan empirik deduktif, sehingga menghasilkan peserta didik yang berkualitas, kreatif, inovatif yang mampu menerjemahkan dan menghadirkan agama dalam perilaku sosial dan individu di tengah-tengah masyrakat yang modern.